SUKA-DUKA SIMUN PENDAMPINGAN PEKERJA DISABILITAS DI PERUSAHAAN

 




Simun adalah seorang pegiat difabel di Kabupaten Wonogiri. Ia berhambatan gerak karena amputasi kaki kiri. Selama bergiat, ia merasa tidak tenang karena menyaksikan saudara sesama disabilitas dalam kondisi terpinggirkan secara ekonomi dan tidak dapat bekerja seperti layaknya orang lain. Ia selalu berusaha memberikan motivasi agar para saudaranya sesama disabilitas pantang menyerah untuk memperoleh haknya.

Selama bulan April hingga Mei 2022, Simun bekerja mendampingi penyandang disabilitas di daerahnya melalui pendataan difabel untuk mengetahui kapasitas dan kebutuhan-kebutuhan mereka, sebagai sarana advokasi kepada pemerintah dan stakeholder. Pada saat pendataan, ia juga sekaligus berperan sebagai motivator bagi para disabilitas dan keluarga mereka agar selalu semangat berjuang mengarungi kerasnya hidup.

Setelah melakukan pendataan, langkah Simun adalah berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Wonogiri untuk mengusulkan pelatihan menjahit bagi disabilitas. Dinas tersebut menyetujui usulannya untuk melakukan pelatihan di BLK (Balai Latihan Kerja) Wonogiri.

Sebut saja Listyorini, perempuan dengan disabilitas fisik dalam bentuk hambatan fungsi tangan dan kaki kanan. Ia adalah salah satu peserta pelatihan menjahit di BLK, dan ia tidak memiliki pekerjaan. Kehidupan sehari-hari bersama dengan keluarganya pun hanya pas-pasan, dikarenakan suaminya tidak mempunyai penghasilan tetap. Ia mengikuti pelatihan menjahit agar dapat bekerja di perusahaan. Niatnya bekerja adalah untuk meningkatkan ekonomi keluarga, sesuatu yang selama ini seolah hanya menjadi impian belaka. Betapa tidak? Ia dianggap tidak memiliki keterampilan, dan dikira tidak bisa bekerja seperti layaknya orang lain. Hal ini membuatnya hidup dalam keputusasaan, karena selama ini ia tidak mempunyai keterampilan, belum lagi kondisi fisiknya terbatas.

Listyorini sangat termotivasi oleh Simun untuk meningkatkan keterampilan dan bekerja di perusahaan. Terlebih saat ini anaknya sudah mulai sekolah, sehingga ia sangat membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Setelah diberikan motivasi oleh Simun, perempuan yang sebelumnya sangat tidak percaya diri dengan keterbatasannya ini lambat laun pun bisa menyaksikan bahwa para disabilitas itu juga bisa bekerja di perusahaan dan mendapatkan penghasilan. Lelaki itu menyakinkannya bahwa ada seribu jalan untuk bisa mandiri. Ia juga bersedia mendampingi Listyorini sampai diterima bekerja di perusahaan. Kata Simun, yang penting mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk bekerja.

Setelah menerima motivasi, perempuan paro baya itu pun menerima ajakan Simun untuk mengikuti pelatihan menjahit di BLK Wonogiri pada Juni 2022. Bahkan kendati ia harus naik bus selama satu jam dan menginap di tempat pelatihan karena biasanya tidak ada bus di sore hari selepas pelatihan usai.

Bahkan kendati hambatan fungsi tangan dan kaki membuatnya kesulitan mengoperasikan mesin jahit High Speed (kecepatan tinggi) standar perusahaan, semangat Listyorini yang membara dan kegigihannya tidak surut demi bisa bekerja di perusahaan. Dan selama lima hari pelatihan, Simun selalu mendampingi dan memotivasinya untuk percaya diri serta tidak putus asa. Listyorini kini pun mulai dapat mengoperasikan mesin jahit kecepatan tinggi dengan perlahan-lahan, berlatih mengoperasikan mesin obras serta menjahit berbagai pola jahit sesuai standar industri.

Di saat yang bersamaan, pelatihan ini juga diikuti oleh 20 orang difabel dengan berbagai ragam hambatan, antara lain: hambatan tangan, hambatan kaki, hambatan wicara. Mereka menggunakan berbagai alat bantu seperti kursi roda, kruk, protese, dan termasuk menggunakan juru bahasa isyarat yang disediakan selama pelatihan.

Pelatihan ini juga bekerjasama dengan perusahaan tekstil di Kabupaten Wonogiri. Pabrik tersebut bersedia menerima peserta untuk direkrut menjadi tenaga kerja di perusahaan. Salah satunya adalah PT. Top and Top Apparel, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi pakaian dalam ekspor.

Hari-hari silih berganti, sampai akhirnya di penghujung pelatihan, HRD PT. Top and Top Apparel mulai melakukan assessment dan tes kepada peserta pelatihan sebagai calon tenaga kerja disabilitas di perusahaannya. Pabrik itu memiliki karyawan sebanyak 1.814 orang: terdiri dari 1.810 karyawan non disabilitas dan 14 karyawan disabilitas, sehingga masih belum memenuhi kewajiban kuota 1 % sesuai amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Selain itu mereka juga bertujuan untuk memenuhi tuntutan dari buyer luar negeri yang menerapkan program Better to Work (wajib mempekerjakan disabilitas). Dari seleksi perusahaan tersebut, setidaknya ada 5 orang peserta pelatihan menjahit standar industri yang lolos sebagai calon tenaga kerja mereka.

Dan salah satunya adalah Listyorini. Meskipun ia memiliki hambatan fungsi tangan dan kakinya sehingga tidak bisa mengoperasikan mesin jahit High Speed standar industri dengan maksimal, ia toh tetap diterima sebagai karyawan di bagian umum. Perempuan ini pun menerima pekerjaan tersebut sembari mengingat pesan Simun, yaitu “Banyak jalan menuju kemandirian”.  Listyorini pun bertekad harus dapat melakukan penyesuaian dengan pekerjaan sesuai hambatan yang dimiliki.

Setelah 5 calon pekerja disabilitas tersebut diterima di perusahaan PT. Top and Top Apparel, kini mereka harus memenuhi persyaratan administrasi sebagai karyawan baru.

Calon tenaga kerja disabilitas memiliki keterbatasan dalam melengkapi syarat administrasi yang dibutuhkan, sehingga Simun harus mendampingi mereka. Misalnya untuk membuat surat lamaran, mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), surat keterangan sehat dari Dinas Kesehatan, surat izin suami/ keluarga, dan membuat curriculum vitae (daftar riwayat hidup).

Simun tetap semangat meskipun harus bolak-balik dari kantor ke kantor demi saudara-saudara difabelnya dapat bekerja di perusahaan. Dan tidak hanya sampai di situ saja, Simun juga harus mencarikan kost atau penginapan untuk Listyorini.

Setelah Listyorini diterima sebagai karyawan, Simun masih tetap memikul tugas yang penting, yaitu melakukan pendampingan berupa monitoring ke perusahaan dan menjalin komunikasi dengan perusahaan tersebut untuk memastikan karyawan disabilitas mendapatkan akomodasi yang layak di tempat kerjanya sehingga mereka bisa bekerja dengan nyaman dan produktif.


Komentar

Postingan Populer